Farisa D. P. Widhani, Ira A. Kusuma, Isniya Nosartika, Yoghi B. Prabowo

 

Program Studi Kedokteran Gigi Faktultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

E-mail: dent_niya@yahoo.com

 

 

Abstract: Tobacco use in Indonesia is still relatively high among teenagers-adults or the average of university students. There is a relationship between smoking and periodontal tissue parameters as well as gingival melanin pigmentation. This study aimed to determine the relationship between the knowledge of periodontal disease and gingival melanin pigmentation and smoking behavior among college students. This was an analytical and observational study with a cross-sectional study design. Samples were 108 undergraduates of Diponegoro University batch 2018-2020 who met the inclusion criteria, obtained by using purposive sampling and non-probability sampling techniques. Data were collected by using an online questionnaire through the Google platform regarding the knowledge of periodontal disease and gingival melanin pigmentation on smoking behavior. The data were analyzed by using the Spearman Rank Correlation Test. The results showed that the students’ knowledge about periodontal disease and gingival melanin pigmentation was in a good category, meanwhile students’ smoking behavior was in the moderate smoker category. The Spearman Rank correlation test showed no significant correlation between knowledge of periodontal disease and gingival melanin pigmentation with smoking behavior (p=0.403). In conclusion, there was no significant relationship between the knowledge of periodontal disease and gingival melanin pigmentation and smoking behavior.

Keywords: knowledge; behavior; smoking; periodontal disease; gingival melanin pigmentation

 

 

Abstrak: Penggunaan tembakau di Indonesia masih tergolong tinggi di kalangan usia remaja- dewasa atau rata-rata usia mahasiswa. Terdapat keterkaitan antara merokok dengan parameter jaringan periodontal dan perubahan pigmentasi melanin gingiva. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan penyakit periodontal dan pigmentasi melanin gingiva dengan perilaku merokok mahasiswa. Jenis penelitian ialah observasional analitik dengan desain potong lintang. Sampel penelitian ialah 108 mahasiswa Strata 1 Universitas Diponegoro angkatan 2018- 2020 yang memenuhi kriteria inklusi diperoleh dengan teknik sampel purposive sampling dan teknik pengambilan sampel non-probability. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner online melalui platform Google form tentang pengetahuan penyakit periodontal dan pigmentasi melanin gingiva terhadap perilaku merokok. Analisis statistik menggunakan uji korelasi Spearman rank dengan menggunakan aplikasi statistik SPSS. Hasil penelitian mendapatkan tingkat pengetahuan penyakit periodontal dan pigmentasi melanin gingiva mahasiswa dalam kategori baik, dan untuk perilaku merokok mahasiswa termasuk dalam kategori perokok sedang. Uji korelasi Spearman rank menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan penyakit periodontal dan pigmentasi melanin gingiva dengan perilaku merokok (p=0,403). Simpulan penelitian ini ialah tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan penyakit periodontal dan pigmentasi melanin gingiva dengan perilaku merokok pada mahasiswa Strata 1 Universitas Diponegoro.

Kata kunci: pengetahuan; perilaku; merokok; penyakit periodontal; pigmentasi melanin gingiva

 

24

 

 

 

PENDAHULUAN

Merokok telah menjadi bentuk kebiasa- an pada masyarakat Indonesia. Selain itu merokok juga merupakan salah satu masa- lah kesehatan yang cukup kompleks secara sosial. Indonesia merupakan negara produ- sen daun tembakau terbesar di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO), Indonesia merupakan negara ketiga sebagai negara konsumen rokok terbesar, peringkat ketiga dalam jumlah perokok pria dan peringkat ke-17 untuk perokok wanita.1 Berdasarkan Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, perilaku merokok usia 15 tahun ke atas pada tahun 2013 sebesar 36,3%; pada tahun 2016 menunjukkan 32,8%; dan

pada 2018 sebesar 33,8%.2 Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS Indonesia) melapor- kan persentase merokok pada penduduk usia

≥15 tahun menurut masing-masing provinsi. Pada tahun 2020 provinsi Jawa Tengah memiliki persentase sebesar 27,70%.3 Survei nasional yang diadakan pada tahun 2013 dan 2018 menunjukkan bahwa penggunaan tem- bakau di Indonesia masih tergolong tinggi di kalangan usia dewasa dan remaja, yang merupakan kelompok usia rentan termasuk mahasiswa.4

Merokok dapat meningkatkan risiko terkena semua penyakit dan dapat berkem- bang menjadi berbagai kondisi patologik. Nikotin dalam rokok dapat merusak sistem respon imun dan menyebabkan penyem- pitan pembuluh darah, termasuk pembuluh darah di dalam jaringan sekitar gigi. Hal ini dapat menyebabkan suatu penurunan oksi- gen di dalam jaringan dan merusak sistem respons imun, dengan demikian dapat mem- bentuk suatu lingkungan yang mengun- tungkan bagi pertumbuhan bakteri penyebab penyakit periodontal.5 Merokok tembakau memiliki pengaruh lebih besar dalam terjadinya penyakit periodontal yang lebih sulit disembuhkan. Kerusakan periodontal telah terbukti lebih buruk di antara perokok dibandingkan dengan mantan perokok.5,6

Penyakit periodontal merupakan gang- guan infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri tertentu. Akumulasi plak, dental kalkulus dan penyakit sistemik berkorelasi dengan terjadinya keadaan patologik. Studi

epidemiologis menunjukkan bahwa di Indo- nesia, sebanyak 70% masyarakat menderita penyakit periodontal. Penyakit periodontal yang banyak dialami yaitu kehilangan tulang alveolar, peningkatan kedalaman poket, dan kehilangan gigi.7

Pigmentasi jaringan gingiva manusia berasal dari butiran melanin, yang disintesis dalam melanosom dari melanosit. Nikotin dalam tembakau mengaktifkan melanosit untuk meningkatkan sekresi melanin; dengan demikian, pigmentasi melanin dalam jaring- an gingiva memiliki korelasi kuat dengan kebiasaan merokok.8 Sebuah studi sebelum- nya menunjukkan bahwa tingkat keparahan pigmentasi gingiva dapat menurun setelah berhenti merokok. Temuan ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan dua arah antara merokok tembakau dengan pigmentasi mela- nin gingiva.8,9 Pada tahun 1977, Hedin8 pertama kali melaporkan bahwa perokok menunjukkan lebih banyak perubahan pig- mentasi pada gingiva daripada yang bukan perokok. Merokok memengaruhi stimulus produksi melanin gingiva secara berlebih. Pigmentasi melanin gingiva ditemukan 95,2% di mandibula dan paling sering di- temukan di gingiva labial gigi kaninus dan insisivus dengan menunjukkan skor 3 menurut klasifikasi Hedin.

Berdasarkan latar belakang yang dipa- parkan maka penulis tertarik untuk mengeta- hui hubungan antara pengetahuan penyakit periodontal dan pigmentasi melanin gingiva dengan perilaku merokok pada mahasiswa, dalam hal ini mahasiswa Strata 1 Universitas Diponegoro angkatan 2018-2020.

 

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan secara online pada bulan Agustus 2021. Media penyebaran ialah kuesioner online meng- gunakan Google form. Populasi sampel dalam penelitian ialah mahasiswa Strata I Universitas Diponegoro. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah observasional analitik dengan desain potong lintang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu non-probability sampling dengan teknik sampel purposive sampling

 

 

 

sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi pada penelitian ini ialah mahasiswa Strata-1 Universitas Diponegoro angkatan 2018-2020 yang masih aktif mengikuti perkuliahan dan merupakan perokok konvensional. Kriteria eksklusi meliputi mahasiswa yang menolak mengisi kuesioner online yang diberikan dan tidak melakukan submit pada kuesioner online. Besar sampel pada penelitian dihitung menggunakan rumus Lemeshow dengan penambahan 10% yang mendapatkan hasil minimal 106 sampel. Hasil data dari pene- litian dianalisis menggunakan program SPSS. Analisis data berupa analisis des- kriptif dan uji hipotesis. Analisis deskriptif data dengan skala kategorial dinyatakan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman rank.

Mahasiswa yang perokok dilihat dari karakteristik berdasarkan jenis kelamin, usia, angkatan, dan fakultas. Untuk penilai- an pada kuesioner dilihat dari segi tingkatan perilaku merokok dan tingkatan pengeta- huan mengenai penyakit periodontal dan pigmentasi melanin gingiva. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ialah kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Penelitian ini dilaksanakan atas izin KEPK Fakultas Kedokteran Universita Diponegoro No. 245/EC/KEPK/FK-UNDIP/ VII/2021.

 

HASIL PENELITIAN

Tabel 1 memperlihatkan karakteristik keseluruhan responden penelitian. Jumlah responden pada penelitian ini ialah 108 mahasiswa yang didominasi oleh responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 85 mahasiswa (78,7%). Untuk karakteristik berdasarkan usia, frekuensi tertinggi ialah usia 21 tahun dengan jumlah 37 mahasiswa (34,3%). Untuk karakteristik responden berdasarkan angkatan, angkatan 2018 mendapatkan jumlah frekuensi terbanyak dengan jumlah 42 mahasiswa (38,9%). Dalam hasil penelitian ini responden terbanyak ialah mahasiswa Fakultas Hukum dengan jumlah responden sebanyak 33 orang (30,6%) dan mahasiswa Fakultas

Psikologi mendapatkan jumlah frekuensi terkecil dengan jumlah 1 orang (0,9%).

 

Tabel 1. Frekuensi karakteristik responden penelitian

          Variabel             Frekuensi        %     Usia

18 tahun 5 4,6
19 tahun 30 27,8
20 tahun 32 29,6
21 tahun 37 34,3
22 tahun 4 3,7
Jenis kelamin

Laki-laki

 

85

 

78,7

Perempuan 23 21,3
Fakultas

FEB

8 7,1
FIB 5 4,6
FISIP 8 7,4
FK 5 4,6
FPIK 8 7,4
FPP 10 9,3
FSM 8 7,4
FT 22 20,4
Hukum 33 30,6
Psikologi 1 0,9
Angkatan

2018

 

42

 

38,9

2019 37 34,3

       2020                             29             26,9

 

Tabel 2 memperlihatkan distribusi ting- kat pengetahuan mengenai penyakit peri- odontal dan pigmentasi melanin gingiva mahasiswa Universitas Dipongoro. Kategori tingkat pengetahuan yang baik mendapatkan jumlah responden terbanyak dengan jumlah 90 responden (83,3%) sedangkan kategori tingkat pengetahuan yang kurang mendapat- kan jumlah responden terendah dengan jumlah enam responden (5,6%).

Tabel 3 memperlihatkan distribusi ting- kat perilaku merokok mahasiwa Univer- sitas Diponegoro. Kategori perokok berat mendapatkan frekuensi terendah dengan jumlah 15 responden (13,9%). Kategori perokok sedang mendapatkan jumlah responden terbanyak dengan 53 responden (49,1%).

 

 

 

Tabel 2. Distribusi tingkat pengetahuan penyakit periodontal dan pigmentasi melanin gingiva mahasiswa Universitas Diponegoro

Kategori Tingkat           n               %

      Pengetahuan                                        

Kurang                   6               5,6

Cukup                   12             11,1

Baik                    90             83,3

Total                   108            100

 

 

Tabel 3. Distribusi tingkat perilaku merokok pada mahasiswa Universitas Diponegoro

Tingkat Perilaku           n                %

        Merokok                                             

Perokok ringan 40 37,0
Perokok sedang 53 49,1
Perokok berat 15 13,9
Total 108 100

 

Tabel 4 memperlihatkan distribusi mahasiswa Universitas Diponegoro berda- sarkan tingkat pengetahuan dan perilaku merokok. Hasil distribusi terkecil ialah tingkat perokok berat dengan tingkat pengetahuan yang kurang dengan jumlah frekuensi 0 (0%). Untuk hasil distribusi terbanyak ialah tingkat perokok sedang dengan tingkat pengetahuan yang baik dengan jumlah sebanyak 45 orang (41,7%). Tabel 4 juga memperlihatkan hasil analisis uji korelasi Spearman rank mengenai hubungan antara pengetahuan penyakit periodontal dan pigmentasi melanin gingiva dengan perilaku merokok pada mahasiwa Universitas Diponegoro yang menunjukkan nilai p=0,403 yang berarti p>0,05; hal ini menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan penyakit periodontal dan pigmentasi melanin gingiva dengan perilaku merokok.

BAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengeta- hui hubungan antara tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai penyakit periodontal dan pigmentasi melanin gingiva dengan perilaku merokok mahasiswa Universitas Diponegoro angkatan 2018-2020. Didapat- kan jumlah total responden sebanyak 108 mahasiswa. Hasil analisis uji Spearman rank mendapatkan nilai p=0,403 yang menunjuk- kan hubungan tidak bermakna karena nilai signifikansi (a two-tailed) kurang dari 0,05. Tidak adanya hubungan bermakna antara kedua variabel tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang memengaruhi pengetahuan dan perilaku individu.

Hasil penelitian mendapatkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa Universitas Diponegoro mengenai penyakit periodontal dan pigmentasi melanin gingiva memiliki hasil yang tinggi atau dalam kategori baik dengan persentase 83,3%. Untuk hasil ting- kat perilaku merokok sebagian besar res- ponden mahasiswa Universitas Diponegoro memiliki tingkat perilaku merokok kategori sedang dengan persentase sebesar 49,1%, sehingga hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa Universitas Diponegoro memiliki tingkat pengetahuan yang baik dengan perilaku merokok yang sedang. Responden dapat memahami informasi terkait dengan penyakit periodontal dan pigmentasi melanin gingiva secara baik, tetapi responden belum dapat menerapkan perilaku sesuai dengan pengetahuan yang sudah dipahami. Terdapat faktor-faktor yang saling memengaruhi satu sama lain yaitu faktor predisposisi (predisposing factor), merupakan faktor dari diri sendiri (internal) yang terdiri dari pengetahuan, sikap, dan psikologis individu. Selain itu, terdapat faktor lingkungan (eksternal) yaitu

 

 

Tabel 4. Hasil analisis uji korelasi Spearman terhadap pengetahuan dan perilaku

 

merokok Kurang Cukup Baik
Ringan 4 (3,7%) 4 (3,7%) 32 (29,6%) 0,403 0,081
Sedang 2 (1,9%) 6 (5,6%) 45 (41,7%)
Berat 0 (0%) 2 (1,9%) 13 (12%)

 

Perilaku

                          Pengetahuan                                 p              r

 

 

 

reinforcing factor yang terdiri dari orang tua yang merupakan perokok, teman sebaya perokok, ajakan teman untuk merokok, dan iklan rokok.10,11

Pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi untuk terbentuknya peri- laku baru. Notoadmodjo12 menjelaskan bah- wa terdapat enam tingkatan pengetahuan, yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Tingkat pengetahuan yang baik dari hasil penelitian ini berada pada tingkat sintesis yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan dan menghubungkan suatu informasi yang telah didapat, tetapi masih belum di tahap eva- luasi yang diartikan dengan kemampuan untuk melaksanakan atau menerapkan sesuatu informasi yang dipahami terhadap suatu objek atau tindakan yang akan dilaku- kan. Oleh karena itu upaya pemeliharaan dan pembinaan perilaku kesehatan gigi dan mulut khususnya pada kesehatan jaringan periodontal sangat perlu ditingkatkan demi kesehatan dan estetika gigi dan mulut.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Santi13 memaparkan bahwa tidak terda- pat hubungan antara pengetahuan tentang rokok dengan sikap terhadap bahayanya merokok. Dijelaskan bahwa tingginya pen- didikan seseorang tidak memengaruhi peri- laku individu tersebut karena pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan gaya hidup (lifestyle). Keluarga, tempat tinggal, dan pergaulan akan saling berkaitan dengan gaya hidup individu. Menurut Daravill dan Powell (2002), remaja yang memiliki keluarga dan teman sebaya di lingkungannya yang merupakan perokok akan cenderung melakukan perilaku mero- kok.14 Ajzen dan Fishbein (1975) menyata- kan bahwa dalam hal sikap pada individu terdapat evaluasi positif atau negatif yang akan berpengaruh terhadap perilaku individu.14

Sikap terhadap suatu perilaku didasar- kan atas pengetahuan terkait akibat positif dan negatif dari perilaku, jika sikap positif terhadap perilaku merokok akan cenderung membuat perbuatan seseorang untuk ber- henti merokok tinggi. Sikap positif terhadap perilaku merokok didasarkan pada keya-

kinan-keyakinan yang positif terhadap akibat-akibat yang akan diterima bila mero- kok, antara lain dapat mengurangi stres, mendapatkan kenikmatan dan kenyamanan sendiri sehingga individu tidak akan merasa perilaku merokok tidak terlalu merugikan; secara tidak langsung sikap terhadap perilaku merokok dan intensitas berhenti merokok rendah. Hal tersebut memiliki pengertian yang sejalan dengan hasil pene- litian ini, yaitu tingkat pengetahuan menge- nai penyakit periodontal dan pigmentasi melanin gingiva tidak memiliki hubungan bermakna dengan perilaku merokok.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Husein dan Menga15 yang menjelaskan bahwa sebagian besar remaja berpengetahuan tinggi tentang merokok menunjukkan perilaku perokok berat. Hasil tersebut menyatakan adanya faktor yang memengaruhi yaitu faktor diri (kepribadian) dan lingkungan, faktor dalam diri remaja dapat dilihat dari kajian perkem- bangan remaja. Hasil penelitian Gatchel (2004) menyatakan bahwa seorang remaja mulai merokok berkaitan dengan krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangan yaitu masa ketika mencari jati diri, upaya-upaya dalam menemukan jati diri tersebut tidak selalu berjalan sesuai dengan yang diharapkan.15 Variabel penge- tahuan tentang penyakit periodontal dan pigmentasi melanin gingiva pada penelitian ini menjadi faktor predisposisi yang dipengaruhi oleh reinforcing factor, hasil dari penyebaran kuesioner mendapatkan nilai tertinggi dengan responden yang sering merokok bersama teman-teman yang juga merokok dan dilanjutkan dengan responden yang selalu merokok bersama teman-teman yang merokok; dari hasil tersebut reinforcing factor menjadi faktor dominan karena sangat memengaruhi faktor predisposisi yaitu varia- bel pengetahuan penyakit periodontal dan pigmentasi melanin gingiva.

Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Rochayati dan Hidayat16 yang menyatakan bahwa remaja yang merokok memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang rokok dan jumlah remaja yang memiliki pengetahuan kurang

 

 

 

baik lebih banyak daripada jumlah remaja yang memilki pengetahuan baik tentang rokok. Rochayati dan Hidayat16 menjelas- kan bahwa seorang remaja yang berpenge- tahuan baik akan memiliki perilaku yang baik, sebaliknya seorang remaja yang ber- pengetahuan kurang baik akan memiliki perilaku yang kurang baik. Remaja yang mempunyai pengetahuan kurang baik tentang rokok, bahaya rokok, dan dampak rokok akan mudah menjadi seorang perokok. Berbeda halnya dengan remaja yang memiliki pengetahuan baik tentang rokok, bahaya rokok, dan dampak rokok akan cenderung berusaha untuk menghin- dari rokok.16 Kondisi tersebut terjadi karena lingkungan pergaulan yang cenderung ber- sifat acuh tidak acuh terhadap berbagai informasi tentang bahayanya merokok untuk pengakuan individu agar dapat dite- rima dalam lingkungan pergaulan sehingga terjadi perubahan intelektual yang kurang dalam diri individu.

Penelitian oleh Virly17 memaparkan bahwa persepsi atau pengetahuan bahaya merokok tidak menunjukkan hubungan bermakna dengan perilaku merokok, yang sesuai dengan hasil penelitian ini. Walaupun pengetahuan mempunyai peran penting dalam membentuk perilaku individu, namun pengetahuan saja tidak akan cukup untuk membentuk penerapan perilaku yang baik dan positif, khususnya bagi kesehatan jaringan periodontal yang merupakan kesehatan gigi dan mulut. Perilaku merokok responden pada penelitian ini dapat dikait- kan dengan proses perilaku manusia dimana sebagian besar responden sudah berada dalam rentang proses evaluasi – adaptasi. Dalam proses evaluasi, individu akan mem- pertimbangkan baik atau tidaknya stimulus objek (perilaku merokok) terhadap dirinya. Dalam proses percobaan, individu akan mulai untuk melakukan perilaku baru yang sudah dievaluasi dan dipertimbangkan sebelumnya. Pada proses ini individu dapat menentukan untuk mengadaptasi perilaku baru tersebut atau tidak. Berdasarkan hasil kuesioner penelitian ini, responden akan tetap merokok walaupun sudah mengetahui efek buruk bagi kesehatan gigi dan mulut;

hasil tersebut mendapatkan hasil tertinggi dengan persentase 39,8%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mahasiswa Univer- sitas Diponegoro tetap menerapkan perilaku merokok walaupun sudah mengetahui dam- pak buruk merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut terutama pada jaringan peri- odontal dan perubahan pigmentasi melanin gingiva.

Upaya menciptakan kondisi sehat diperlukan keseimbangan dalam menjaga kesehatan tubuh. Blum18 menjelaskan bah- wa terdapat empat faktor yang meme- ngaruhi derajat kesehatan masyarakat dan merupakan faktor determinan yang menye- babkan masalah kesehatan. Empat faktor tersebut terdiri dari faktor gaya hidup (lifestyle), faktor lingkungan (sosial, eko- nomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitas dalam pelayanan kesehatan), dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi dan memengaruhi kesehatan individu dan derajat kesehatan masyarakat. Faktor yang paling besar dan sukar ditang- gulangi ialah faktor gaya hidup manusia yang merupakan faktor determinan, diikuti oleh faktor lingkungan. Hal tersebut dise- babkan karena faktor lingkungan hidup manusia sangat dipengaruhi oleh gaya hidup manusia. Selain itu, faktor biologi juga dapat memengaruhi perilaku merokok yang sulit untuk diberhentikan. Dari teori yang telah dijelaskan rokok merupakan zat adiktif yang menyebabkan seseorang yang me- ngonsumsi menjadi ketergantungan. Nikotin dalam rokok bersifat adiktif, selain sifatnya yang toksik nikotin dapat menyebabkan efek relaksasi atau ketenangan, serta mengu- rangi kecemasan bagi perokok. Menurut Fikriyah et al,19 variasi genetik juga dapat memengaruhi fungsi reseptor dopamine dan enzim hati yang memetabolisir nikotin. Konsekuensi yang didapat ialah meningkat- nya kecanduan nikotin pada beberapa individu. Kecanduan nikotin akan melibat- kan faktor lingkungan dan genetik yang multipel. Faktor genetik dapat menjelaskan banyaknya variasi penggunaan tembakau pada remaja, serta dapat memengaruhi reaksi farmakologik terhadap nikotin.19

 

 

 

Keterbatasan penelitian ini ialah ruang lingkup yang digunakan dalam penelitian ini hanya mencakup pada mahasiswa Strata I Universitas Diponegoro sehingga belum memperoleh gambaran yang lebih mewakili karateristik dari populasi yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasikan kepada popu- lasi yang lebih luas. Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel bebas yaitu mengenai tingkat pengetahuan penyakit periodontal dan pigmentasi melanin gingi- va. Masih terdapat beberapa varibel lain yang memungkinkan memilki pengaruh terhadap variabel perilaku merokok. Selain itu, data yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa hasil instrumen kuesioner yang didasarkan pada persepsi jawaban respon- den, sehingga simpulan diambil berdasarkan data yang dikumpulkan melalui kuesioner online.

 

SIMPULAN

Tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan mengenai penyakit periodontal dan pigmentasi melanin gingiva dengan perilaku merokok pada mahasiswa strata I Universitas Diponegoro.

 

Konflik Kepentingan

Penulis menyatakan tidak terdapat konflik kepentingan dalam penelitian.

 

DAFTAR PUSTAKA

  1. Global Adult Tobacco Survey: Indonesia Report. Jakarta: WHO; 2011. [cited 2020 Dec 21], Available from: https://apps.who.int/iris/handle/10665/2 05137
  2. Kementerian Kesehatan RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Laporan Nasional RISKESDAS. Jakarta: Ke- menterian Kesehatan RI; 2018.
  3. BPS    Badan   Pusat    Statistik: Persentase merokok pada penduduk umur ≥15 tahun Menurut Provinsi (persen),      2018-2020. Jakarta:      BPS Indonesia. 2020. [cited 2021 Jan 25], Available from: https://www.bps.go.id/ indicator/30/1435/1/persentase- merokok-pada-penduduk-umur-15- tahun-menurut-provinsi.html ]
  4. Global   Youth   Tobacco   Survey:

Indonesia Report 2019. Jakarta: WHO; 2020. [cited 2021 Jan 25]. Available from:                   https://www.who.int/docs/ default-source/searo/indonesia/ indonesia-gyts-2019-factsheet-(ages- 13-15)-(final)-indonesian-final.pdf? sfvrsn=b99e597b_2 ]

  1. Sanders AE, Slade GD, Beck JD, Agústsdóttir
  2. Secondhand smoke and periodontal disease: atherosclerosis risk in commu- nities study. Am J Public Health. 2011; 101(Suppl1):S339-S346. Doi:10.2105/AJPH.2010.300069.
  3. Gabriel C, Totolic I, Girdia M, Dumitriu SA, Hanganu Tobacco smoking and peri- odontal conditions in an adult popula- tion from            Constanta,         Romania. OHDMBSC. 2009;VIII(3):25-32. Corpus ID: 212596486.
  4. Miranti Hubungan kebiasaan merokok dan menyikat gigi dengan keradangan gingiva [Skripsi] Jakarta: Universitas Indonesia; 2007.
  5. Hedin Smokers’ melanosis: occurrence and localization in the attached gingiva. Arch. Dermatol. 1977;113:1533-8.
  6. Kato T, Takiuchi H, Sugiyama S, Makino M, Noguchi S, Katayama-Ono T, Naito Measurement of reduced gingival mela- nosis after smoking cessation: a novel analysis of gingival pigmentation using clinical oral photographs. Int J Environ Res Public Health. 2016;13(6):598. Doi:10.3390/ijerph13060598
  7. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC; 2013. p. 7-12, 19-22, 39.
  8. Etika dan Perilaku Kesehatan. Goron- talo: CV Absolute Media; 2017. p. 121- 4, 185-200.
  9. Pendidikan dan Perilaku Ma- syarakat. Jakarta: Rineka Cipta; 2005. p. 37-125.
  10. Santi M. Hubungan pengetahuan tentang ro- kok dengan sikap terhadap bahaya merokok pada siswa SMK Batik 1 Surakarta [Skripsi]. Surakarta: Univer- sitas Muhammadiyah Surakarta;
  11. Rahmadi A, Lestari Y, Yenita. Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap rokok dengan kebiasaan merokok siswa SMP di Kota Jurnal Kesehatan Andalas. 2013;2(1):25-8 [cited 2021 Sep 11]. Available from: http://Jurnal. Fk.Unand.ac.id.

 

 

 

  1. Husein H, Menga MK. Pengetahuan dengan perilaku merokok Journal Kesehatan Ilmiah. 2019;1(1):45-50. Available from: https://doi.org/10. 36590/jika
  2. Rochayati AS, Hidayat Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok remaja di Sekolah Menengah Kejuruan Kabupaten Kuningan. Journal Kepera- watan Soedirman. 2015;10(1):1-10. Available from: http://dx.doi.org/ 10.20884/1.jks.2015.10.1.587
  3. Virly M. Hubungan persepsi tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan di PT Sintas Kurama Perdana

 

Kawasan Industri Pupuk Kujang Cikampek [Skripsi] (Tidak Diterbitkan). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 2013.

  1. Blum Planning for Health, Development and Application of Social Changes Theory. New York: Human Sciences Press; 1974.
  2. Fikriyah S, Febrijanto Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki di asrama putra. Jurnal STIKES. 2012;5(1).99-109. Available from: https://core.ac.uk/ download/pdf/235085126.pdf